22 Sept 2012

Seorang Ayah dgn Anak yg suka manisan

Pada suatu masa disuatu desa hiduplah seorang ayah dgn anak laki-lakinya yang sangat suka makan manisan. Dia selalu meminta manisan kepada bapaknya. Sang ayah adalah seorang miskin. Dia tidak selalu mampu membelikan anaknya manisan. Tapi si anak belum mengerti hal tersebut, selalu saja minta dibelikan manisan.

Sang ayah berpikir keras tentang bagaimana cara menghentikan anaknya yang selalu minta dibelikan manisan. Sang ayah tersebut mendengar dikota ada seorang alim, bijak bestari tinggal di kota tak jauh dari tempat mereka waktu itu. Sang ayah mendapat ide, dia memutuskan unrtuk membawa anaknya ke orang Alim tersebut yang mungkin saja bisa membujuk anaknya untuk berhenti minta dibelikan manisan.
Suatu hari ayah dan anak itu pergi ke tempat orang alim bijak tersebut. Sang ayah berkata, "ya orang alim, apa kamu bisa membujuk anak saya untuk tidak selalu minta dibelikan manisan? karna manisan itu tidak bisa selalu aku belikan untuknya" Orang alim itu merasa kesulitan menjawab, karena dia sendiri sebenarnya juga suka manisan. Bagaimana caranya dia bisa membujuk anak itu untuk tidak minta dibelikan manisan? Orang alim itu meminta sang ayah untuk datang kembali minggu depan.
Selang satu minggu, sang ayah tersebut datang kembali menemui orang alim, namun sesampainya disana orang alim itu menyuruh untuk kembali bulan depannya. Setelah satu bulan maka kembalilah ayah dgn putranya tersebut menemui orang alim itu. Saat sang ayah dan anaknya kembali, orang alim itu berkata pada si anak "anakku, maukah kamu berhenti minta dibelikan manisan kepada ayahmu, karena ia tidak bisa membelikannya untukmu?"

Sejak saat itu, si anak berhenti minta dibelikan manisan.

Si ayah bertanya, "kenapa tidak bilang dari awal waktu kami kesini, wahai orang alim?" Orang alim itu menjawab, "bagaimana bisa aku meminta anakmu untuk berhenti makan manisan, sedangkan aku juga suka manisan dan belum bisa berhenti dari kebiasanku memakannya, maka selama ini aku berusaha untuk berhenti makan manisan agar dapat memberi nasehat kepada anakmu" setelah aku bisa berhenti dari kebiasanku, maka aku berhak memberi nasehat kepada anakmu.


Hikmah : Terkandang manusia mudah berkata atau menyuruh suatu perbuatan  yg dia sendiri belum bisa melakukannya, bahkan melarang suatu perbuatan yg dia sendiri masih sering melakukannya.

No comments:

Post a Comment